Pengikut

Jumat, 14 September 2018

Prioritas

Semua yang terjadi pada kehidupan ini pastinya akan ada yang jadi prioritas diri. Entah dalam hal apapun, munafik sekali jika tak ada yang jadi prioritas. Selalu mengutamakan dan ada yang dikesampingkan adalah bukti itu jadi prioritas. Menyempatkan waktu hanya sekedar melihat walaupun sesibuk apapun, juga bukti nyata dari sebuah prioritas. Hanya saja yang terjadi dalam diri semuanya ingin kubagi rata, semua ingin ku prioritaskan. Iya, karena aku salah satu orang yan pemikir, berlebihan menyikapi sesuatu, selalu merasa tidak enak pada orang lain. Semua orang didekatku, kuperlakukan sama seperti itu.

Prioritas, Bohong sebenarnya ketika ku memperlakukan semua orang terdekat sama. Ketika prioritas yang memang selalu kuprioritaskan ternyata tidak memprioritaskanku? Aku bisa apa? Memohonnya untuk memprioritaskanku? Sebagai seorang yang beragama Islam yang semua hal sekecil apapun telah diatur dalam kitab suci, bukankah bersikap lebih pada orang lain seperti itu tidak diperbolehkan? Bukankah ada Dia yang seharusnya kita prioritaskan? Bukankah Dia selalu cemburu ketika kita mengutamakan yang lain?

Bicara tentang prioritas, bukan hanya selalu tentang prioritas pemilik hati. Ketika semua hal yang kita lakukan juga ada yang menjadi prioritas dan ada yang hanya  sekedar melakukan agar  diri puas. Mesalnya,  Ketika prioritas utama di perantauan menuntut ilmu dan aku merasa menuntutnya tidak harus duduk dalam kelas, pastinya ku cari kegiatan lain yang artinya prioritasku tetap menuntut ilmu. Jadi? Prioritas tanpa batas bukan? 

Kembali lagi tentang prioritas yang memang identik tentang pemilik hati yang selalu jadi topik hangat pembicaraan para pemuda masa kini. Tak dipungkiri memang hal itu merupakan suatu yang fitrah terjadi. Hanya saja, ada Dia yang lebih pantas untuk dijadikan prioritas hati. Yang seharusnya Dia yang selalu melekat dalam ingatan dimanapun kaki melangkah di bumi. Jadi, sekarang tau kan mana yang harus ada di hati dan mana yang harus didoakan untuk jadi pemilik hati nanti?

Dengan tidak berdekatan, dengan tidak memberi kabar setiap hari, dengan tidak memprioritaskanku seperti ini  membuatku lebih bisa menjaga hati. Apalagi dengan janji-janji manis yang memang tak selayaknya disampaikan telah tersimpan diingatan untuk nanti. Iya nanti, ketika hari itu tiba dan dia yang masih rahasia yang telah Dia siapkan untuk jadi prioritas hati, untuk jadi sosok pemimpin yang menuntun ke jalanNya dalam keadaan yang terbaik nanti.

Merdeka yang harus dimerdekakan

Indonesiaku Merdeka Kekayaan alamnya tak diragukan Gunung dan lautan tak pernah luput dari pandangan Bahasa dan budaya tak terhitung d...