Sebelumnya mari kenalan dengan kata adab dan peradaban. Ringan saja, adab seperti yang sering kita dengar adalah tentang tata krama, kesopanan. Sedangkan peradaban adalah tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Tentu saja jika digabungkan menjadi tata krama di tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Terjun di dunia pendidikan serta melihat sosial media yang semakin merajalela banyak sekali pro kontra tentang bagaimana menjadi manusia yang beradab di zaman peradaban.
Seringkali kita merasa bahwa telah melakukan hal yang benar, padahal itu sesuatu yang tidak beradab. Seiring berjalannya waktu dan berada di tempat yang berbeda ternyata adab yang sering digembor-gemborkan oleh khalayak orang karena milenial hari ini seperti kehilangan adab. Sebenarnya tidak lebih kehilangan adab tapi bagaimana para orang tua lebih mengenalkan adab yang ada dan dipertahankan di tempatnya dengan memperlakukan seseorang sesuai dengan kebiasaan yang ada disekitarnya. Karena sekali lagi, adab tidak selalu tentang penghormatan yang ada dipikiran kita. Dari bukunya ibu butet yang pernah kubaca ketika orang rimba menyerahkan buku ke gurunya itu dengan dilempar karena mereka merasa itu cara menghormati guru mereka agar guru mereka tidak menunggu lama. Bukankah itu tidak sopan dari sudut pandang kita? Yang padahal seperti itulah adab menurut mereka, dan tidak ada yang salah mereka berbuat demikian saat di lingkungan dan kebiasaan mereka memang seperti itu.
Hilangnya adab di zaman peradaban ini sangat terlihat jelas ketika kita saling menyalahkan dan mengaku benar. Apalagi dengan mengaku bahwa dirinya manusia paling beradab. Kalau kata bapak toto rahardjo “Belajar dari pengalaman, yang dipelajari bukan sekedar “ajaran” teori, pendapat, kesimpulan, wejangan, nasehat, khotbah, pidato dari seseorang, tetapi belajar dari peristiwa, keadaan nyata.” Menjadi manusia yang beradab di zaman peradaban ini memang sedikit susah, karena kita pendek berfikir dan asal melakukan.
Anak milenial yang hari ini sering disangkal dengan kehilangan adabnya memang nyata. Banyak dari milenial tidak sadar dengan hal yang dilakukannya karena tidak pernah berfikir panjang ketika akan melakukan sehingga hampir tidak pernah benar kelakuan mereka menurut orang yang lebih lama menjalani kehidupan. Tidak ada yang salah, hanya saja kesadaran diri tetap jadi peling utama. Saling mengingatkanpun juga tidak susah namun kembali lagi sekedar anggapan seringkali jadi pesan terabaikan.
Dimulai dari diri untuk menghentikan adab yang mulai hilang di zaman peradaban ini. Berhenti asal menuduh, berhenti mengklaim diri sebagai yang paling beradab karena itu yang semakin mengesalkan untuk bersikap beradab. Pesan ini untuk semuanya, termasuk para orangtua yang telah lama di dunia, juga untuk anak muda yang punya fikiran seenaknya tanpa berkaca dari yang lama. Percayalah, adab tidak akan hilang dari peradaban ketika kita tidak asal berprasangka dan terus belajar dari realita, bukan sekedar katanya.