Pengikut

Senin, 16 Juli 2018

Hari pertama masuk sekolah


Bagi sebagian anak mungkin hari itu adalah hari bahagianya karena semua yang akan dilakukannya serba baru. Dengan diantar orang tua mereka, langit yang cerah menjadi saksi senyum merekah di bibir mereka. Mereka ditunggui di luar kelas sampai waktu pulang sekolah. Melihat mereka semangat, akupun tersenyum. Seandainya dulu ibuk mengantarku pas pertama kali masuk SD mungkin aku tak akan bisa sampai sejauh ini.

 Teringatku 15 tahun yang lalu, aku sama seperti mereka hari ini bahagia karna masuk sekolah SD kelas 1. Bedanya, aku berangkat sendiri karna sekolah yang dekat dengan rumah  dan kedua orang tuaku kerja. Waktu itu aku ingat sekali, semuanya kumpul dihalaman dan nama anak-anak kelas 1 dipanggil untuk masuk sesuai kelas yang telah dibacakan. Semua anak-anak masuk kelas didampingi orang tua mereka. Hingga tinggallah aku sendiri di halaman sekolah karena tak tau harus pergi kemana, sampai ada guru yang merangkulku. Namanya siapa nak? Aku tersenyum dan menyebutkan namaku. Aku masuk kelas dan duduk paling belakang karena semua tempat duduk sudah penuh.

Hari itu terasa lama bagiku, sempat berfikiran aneh keapada orang tuaku kenapa mereka tega tidak mengantarkanku padahal semua teman-temanku diantar, bahkan ditunggu sampai pulang. Sedih? Sangat. Ngambil tabungan, ngambil raport, semua dititipkan ke orang lain kadang diambilkan bapak. Sampai akhirnya aku belajar dengan giat dan membuktikan kalau mereka harusnya mengantarkanku dulu pas pertama sekolah dan mengambilkan raportku. Akhirnya semua usaha dan doaku terkabul, aku menjuarai peringkat 3 pararel ketika aku di kelas 5. Ibuk bangga sekali padaku, dieluh-eluhkannya aku hanya saja cuma saat itu.  Ketika masuk SMP semuanya sama seperti dulu, hingga aku terus berusaha mempertahankan peringkatku sampai akhirnya aku peringkat 2 pararel dan yang mewakili aku untuk maju ke depan pertemuan wali murid saat itu adalah mbak mbak tata usaha yang ada di sana.

Dengan semua yang ibuk lakukan padaku ternyata sangat berpengaruh bagiku. Iya, aku adalah anak kedua dari 3 bersaudara dengan semua jenjang sekolahku harus sama dengan mbak dan adekku juga harus sama denganku. Sampai akhirnya, ketika memasuki jenjang perkuliahan aku memutuskan ingin merantau. Saat itu, ibuk benar-benar menolak keputusanku dengan alasan biaya dan aku perempuan yang akan sendirian di kota perantauan. 

Aku memohon-mohon dan berjanji akan mencari beasiswa agar ibuk tidak keberata, akhirnya ibuk meridhoi aku untuk menuntut ilmu di kota orang. embak sangat mendukung keputusanku itu, walaupun embak dulu kuliah di PTS dekat rumah. Setiddaknya dia tidak ingin adek-adeknya sama dengannya. Semenjak itu aku selalu berani mengambil keputusan yang mungkin berbeda di mata orang lain disekitar.

Pertama kali pulang dari Malang aku memakai kerudung yang lumayan lebar dan sudah tidak mau menggunakan jeans ketat dn pakaian-pakaian ketat yang lain. ibuk kaget dan dikiranya aku ikut aliran-aliran teroris yang sangat dominan saat itu. Sampai kujelaskan kalau ini perintah dan aku hanya bisa berusaha melakukannya.

Iyaps, hari pertama masuk sekolah dan keputusan ibuk 15 tahun yang lalu itu sungguh bermakna. Aku tak akan seberani dan senekat seperti saat ini kalau ibuk selalu mengiyakan  dan mengantarkanku kemana-mana. Mungkin aku sering berpikiran aneh tapi dengan yang kujalani sampai sejauh ini semua fine. Intinya selalu bersyukur dalam berbagai keadaan adalah kunci dari segalanya. Jadi gimana? Masih mau ngeluh? Ahh engga lah yah.. keep semangat yang hari ini pertama masuk sekolah

Kamis, 12 Juli 2018

Benar, aku benar benar kecewa


Sebenarnya, aku selalu berusaha meyakinkan diri. Ah iya, aku yang salah, aku yang gampang terpengaruh. Tapi, lambat laun ku sadari lingkungan berperan penting. Bukan ku menyalahkan, akan tetapi itu benar adanya. Aku yang sangat tidak suka dipaksa, aku yang sangat benci di suruh suruh walaupun itu hal baik tapi kalau aku tak tau alasan kenapa harus melakukannya, aku tetap menolak.

Bicara tentang kecewa, ada kejadian oh, beberapa kejadian yang membuatku ingin menjauhi lingkungan ini. Bayangkan saja, aku selalu berusaha untuk tidak dibonceng lawan jenis. Ketika ditanya
orang : apa alasanmu? Cuma bonceng gitu, biar cepet, udah ga usah alasan.
Aku :  Oke baca QS. Al-Isra’ ayat 32. Masih mau ngebantah?
Orang : Kan ga ada nafsu sih kalo dibonceng ojek online gitu.
Aku : pedomanmu hidupmu apa? Agamamu apa? (ingin rasanya berkata seperti itu) kenyataannya  aku hanya diam dan menghindar.

Bagaimana bisa aku bertahun-tahun berjuang melawan nafsu yang ada dalam diriku, dengan entengnya dihancurkan begitu saja. Dan itu bukan hanya sekali, dua kali tapi berkali-kali. Aku tau resiko yang harus ku terima ketika aku memutuskan itu,. aku siap menerima, aku siap menjalani. Tapi, tolong bantu aku! Aku butuh support dari teman-teman dan orang terdekat.

Kecewaku bertambah ketika diajaknya aku jalan dan 
Orang : kok pakai rok? Aneh sumpah. Mau jadi pusat perhatian?
Aku : udah pernah baca QS. AL-Ahzab ayat 59? Btw, aku ke gunung pakai rok dan ga ada yang aneh. Sedang ini? Hanya jalan dan aku harus pakai celana? 
Orang : ngomong aja cari sensasi
Aku : (ini Indonesia mayoritas umat islam tapi ngerti ga sih petunjuk hidupnya) aku diam dan menghindar.

Aku kecewa, benar-benar kecewa. Memang benar, ketika memutuskan oke, aku hijrah. Maka aku harus menjauhi segala hal yang membuatku jauh dariNya. Nyatanya? Bagaimana aku bisa menjauh dengan lingkunganku yang memang seperti itu. Aku selalu menyalahkan diriku yang gampang sekali ragu. Dan kata “Hijrah itu mudah, yang sulit istiqomah” benar, sangat benar.

semoga aku, kamu dan kalian senantiasa dijaga. Senantiasa bisa saling mengerti sesama. Senantiasa selalu dalam lindunganNya. Dan tidak akan ada kata kecewa lagi untukku dan untuk kalian semua. 

Jumat, 06 Juli 2018

Kampung Idiot, kampung penuh harapan




Di sini selalu ada harapan, banner di depan rumah bina kampung idiot lereng gunung beruk desa karangpatihan, kecamatan balong, kabupaten ponorogo. Merinding sekali saat aku lewat dan melihat rumah di kampung idiot itu. Ternyata kampung itu benar-benar ada. Hanya saja, saat itu kukira jumlah penduduk idiotnya sudah semakin sedikit dan hanya tinggal para orangtua. Rumah-rumah sudah bagus dan sangat layak dihuni bahkan ada yang mempunyai sepedah motor.
Kampung idiot, bukankah kasar sekali julukan itu. Padahal kukira bukan salah mereka menjadi idiot, mungkin waktu itu pemerintah kurang memperhatikan masyarakat di daerah lereng gunung beruk tersebut sehingga mereka kekurangan gizi dan menjadi idiot.
Kejutan di kampung idiot seakan membuatku berungkali kaget dan tak menyangka. Yang pada mulanya aku hanya melihat di televisi dan menulis kampung itu di daftar tempat yang ingin ku kunjungi. Dan kemarin Allah izinkan aku mewujudkan mimpi itu. Bermodal nekat dan google maps. Naik motor pulang pergi Malang - Ponorogo - Malang sehari itu nano nano rasanya. Sepanjang jalan ku hanya berdoa semoga google maps menunjukkan jalan yang benar.
Awal kali aku sampai di desa karangpatihan, sempat kecewa. Rumah disini bagus semua, orangnya juga melakukan kegiatan keseharian mereka secara normal. Hanya saja ku terus berjalan lurus hingga ada petunjuk yang mengarahkan ke gunung beruk. Ketika hampir sampai, aku kaget. Aku disapa salah satu bapak-bapak yang idiot. “Ternyata benar-benar ada, dan masih ada sampai sekarang” gumamku. Karna penasaran dengan tulisan  petunjuk ke gunung beruk tadi, akhirnya ku berjalan ke gunung beruk  yang ternyata dijadikan tempat wisata dan diberdayakan oleh para mahasiswa yang pernah KKN di desa tersebut. Dan semakin membuatku penasaran, akhirnya aku memutuskan naik ke gunung tersebut dan menjumpai ibu-ibu yang tiba-tiba mengajakku bicara dengan tatapan kosong dan bahasa yang kurang jelas, kukira ibu itu juga termasuk idiot di kampung itu. Ku dengarkan dan ku tersenyum akan tetapi ibu-ibu itu tiba-tiba menangis. Berusaha kufahami apa yang ibu itu katakan, ya ibu itu di marahi tetangganya yang  kukira idiot juga.
Sedih dan terharu melihat kehidupan mereka. Sedih karena di zaman yang milenial ini masih ada kampung idiot itu dan terharuku mereka mempunyai semangat hidup yang begitu tinggi. Yaa, kukira mereka benar-benar di bina, mereka ada yang berkebun, ada juga satu keluarga yang menjaga wisata gunung beruk yang disulap menjadi spot-spot foto dengan view alam yang menakjubkan dengan harga yang sangat terjangkau.
Perjalananku kali ini sangat mengesankan. Mungkin sebagian orang bertanya-tanya ketika aku memberitau ingin ke sana karena penasaran, bukan karena penelitian ataupun membawa nama organisasi. Hanya penasaran tapi memberikanku pelajaran hidup yang sangat berkesan. Dunia yang fana ini memang penuh sandiwara,  ketika kita di sini hanya mengeluhkan apa yang telah Allah berikan setiap hari tidak sesuai dengan keinginan kita, bukankah mereka lebih sulit dari kita? Mereka berhak mengeluh tapi mereka tidak pernah tau cara mengeluh karena ada harapan besar di kampung idiot itu, iya kampung harapan yang penuh harapan.

Malang, 6 juli 2018

Merdeka yang harus dimerdekakan

Indonesiaku Merdeka Kekayaan alamnya tak diragukan Gunung dan lautan tak pernah luput dari pandangan Bahasa dan budaya tak terhitung d...