Bagi sebagian anak mungkin hari itu adalah hari bahagianya karena semua yang akan dilakukannya serba baru. Dengan diantar orang tua mereka, langit yang cerah menjadi saksi senyum merekah di bibir mereka. Mereka ditunggui di luar kelas sampai waktu pulang sekolah. Melihat mereka semangat, akupun tersenyum. Seandainya dulu ibuk mengantarku pas pertama kali masuk SD mungkin aku tak akan bisa sampai sejauh ini.
Teringatku 15 tahun yang lalu, aku sama seperti mereka hari ini bahagia karna masuk sekolah SD kelas 1. Bedanya, aku berangkat sendiri karna sekolah yang dekat dengan rumah dan kedua orang tuaku kerja. Waktu itu aku ingat sekali, semuanya kumpul dihalaman dan nama anak-anak kelas 1 dipanggil untuk masuk sesuai kelas yang telah dibacakan. Semua anak-anak masuk kelas didampingi orang tua mereka. Hingga tinggallah aku sendiri di halaman sekolah karena tak tau harus pergi kemana, sampai ada guru yang merangkulku. Namanya siapa nak? Aku tersenyum dan menyebutkan namaku. Aku masuk kelas dan duduk paling belakang karena semua tempat duduk sudah penuh.
Hari itu terasa lama bagiku, sempat berfikiran aneh keapada orang tuaku kenapa mereka tega tidak mengantarkanku padahal semua teman-temanku diantar, bahkan ditunggu sampai pulang. Sedih? Sangat. Ngambil tabungan, ngambil raport, semua dititipkan ke orang lain kadang diambilkan bapak. Sampai akhirnya aku belajar dengan giat dan membuktikan kalau mereka harusnya mengantarkanku dulu pas pertama sekolah dan mengambilkan raportku. Akhirnya semua usaha dan doaku terkabul, aku menjuarai peringkat 3 pararel ketika aku di kelas 5. Ibuk bangga sekali padaku, dieluh-eluhkannya aku hanya saja cuma saat itu. Ketika masuk SMP semuanya sama seperti dulu, hingga aku terus berusaha mempertahankan peringkatku sampai akhirnya aku peringkat 2 pararel dan yang mewakili aku untuk maju ke depan pertemuan wali murid saat itu adalah mbak mbak tata usaha yang ada di sana.
Dengan semua yang ibuk lakukan padaku ternyata sangat berpengaruh bagiku. Iya, aku adalah anak kedua dari 3 bersaudara dengan semua jenjang sekolahku harus sama dengan mbak dan adekku juga harus sama denganku. Sampai akhirnya, ketika memasuki jenjang perkuliahan aku memutuskan ingin merantau. Saat itu, ibuk benar-benar menolak keputusanku dengan alasan biaya dan aku perempuan yang akan sendirian di kota perantauan.
Aku memohon-mohon dan berjanji akan mencari beasiswa agar ibuk tidak keberata, akhirnya ibuk meridhoi aku untuk menuntut ilmu di kota orang. embak sangat mendukung keputusanku itu, walaupun embak dulu kuliah di PTS dekat rumah. Setiddaknya dia tidak ingin adek-adeknya sama dengannya. Semenjak itu aku selalu berani mengambil keputusan yang mungkin berbeda di mata orang lain disekitar.
Pertama kali pulang dari Malang aku memakai kerudung yang lumayan lebar dan sudah tidak mau menggunakan jeans ketat dn pakaian-pakaian ketat yang lain. ibuk kaget dan dikiranya aku ikut aliran-aliran teroris yang sangat dominan saat itu. Sampai kujelaskan kalau ini perintah dan aku hanya bisa berusaha melakukannya.
Iyaps, hari pertama masuk sekolah dan keputusan ibuk 15 tahun yang lalu itu sungguh bermakna. Aku tak akan seberani dan senekat seperti saat ini kalau ibuk selalu mengiyakan dan mengantarkanku kemana-mana. Mungkin aku sering berpikiran aneh tapi dengan yang kujalani sampai sejauh ini semua fine. Intinya selalu bersyukur dalam berbagai keadaan adalah kunci dari segalanya. Jadi gimana? Masih mau ngeluh? Ahh engga lah yah.. keep semangat yang hari ini pertama masuk sekolah