Pengikut

Sabtu, 11 Agustus 2018

Tentang hijrah kekinian

Kamis, 2 Agustus 2018 pukul 15.13, salah satu senior IMM menelfonku 
“assalamu’alaikum, dek sibuk gak?”
“saya jadi panitia muktamar mas”
“besok bisa ngisi keputrian ga dek?”
“loh? Kok saya mas? Terus apa yang mau saya sampaikan?”
“terserah sampean dek, sampaikan saja yang ingin sampean sampaikan. Tergetnya ini anak SMK Muhammadiyah dek, muridnya mas akbar. Mau nggeh?”
“loh mas,  aku ga ngerti harus ngomong apa tapi iyadeh gapapa mas saya coba”
Kebingungan, khawatir, was was semua bercampur jadi satu. Bagaimana bisa mas akbar begitu percaya pada adeknya yang satu ini. Seketika itu juga, aku langsung mehubungi mbak nida’ immawati yang sampe sekarang belum ada gantinya “mbak niid, mas akbar minta tolong ke aku buat ngisi keputrian. Aku harus nyampein apa?” dengan santai mba nida’ membalas pesanku “tentang menutup aurat coba dek.” Ahh pikiran mba nida’ sama persis dengan apa yang ada dikepalaku. Mba nida’  mengirimiku sebuah tulisan tentang pentingnya menutup aurat disuruhnya aku menyampaikan dengan pelan, jelas, dan tegas.
Malam harinya kubuat ppt sederhana untuk mengurangi rasa kegerogianku ketika menghadap adek adek nanti.

Jum’at, 3 Agustus 2018 pukul 11.30
“mas, saya sudah sampai di sekolah” (sambol tenga-tengo akhirnya ketemu mas akbar sambil melambaikan tangan)
“oh iya dek, ayo masuk. Gimana masih grogi? ”
“iyalah mas, grogi bangett. Ini nanti saya ke kelas berapa sih mas?”
“kelas X-X!! dek”
(aku syok)“banyak banget dong mass”
“gapapa lah dek, udah ya mas tinggal jum’atan. Sampean nanti naik ke sana dianter ibu itu”
“okedeh mas”

 Masuk ke kelas kuliat wajah-wajah lelah dan jengkel menatapku. Aku coba tersenyum dan membuka pembicaraan sambil menunjukkan ppt yang telah kubuat semalam. Materi yang kusampaikan pada adek-adek SMK Muhammadiyah Batu kali ini adalah tentang “Hijrah Kekinian.”
 Kujelaskan apa hijrah itu, mengapa kita harus hijrah, harus mulai mana kalau ingin hijrah, gimana cara menghadapi lingkungan dan orang tua dengan perubahan yang terjadi pada diri kita, dan yang paling penting sesuai tema yang kuangkat yaitu kenapa kok kita tidak boleh ikutan hijrah biar keliatan kekinian.
 Respon yang diberikan adek-adek sungguh tak terduga, mereka benar-benar mendengarkan, menyimak bahkan bertanya. Pertanyaan yang menarik yang terus kuingat adalah “kak, kan aku suka main volly terus masak iya aku harus pake gamis sama kerudung gede gitu kak. Pasti ribet.” Aku tersenyum dan memberi jawaban sepengetahuanku.
 Kuceritakan semua perjalananku dari tahun 2014 yang memiliki keinginan untuk berubah. Iya, hanya keinginan dan ku tulis dalam buku harapan. Pelan tapi pasti, tanpa ada paksaan namun ada bullyan yang sesekali. Semua mengalir seperti air, dulunya ku sangat suka memakai celana ketat sekarang perlahan kutinggalkan semua itu dan iya, aku bisa. Dengan jangka waktu yang tidak sebentar.
 Kesukaanku dengan alam telah mengantarkanku ke beberapa gunung. Hingga ku list gunung mana saja yang ingin ku daki. Kuceritakan pada mereka kalau kesukaanku itu tak menghalangiku untuk menutup aurat secara sempurna. Aku masih bisa memakai rok sampai ke puncak walaupun harus jatuh berkali-kali dan itu tak masalah karena itu memang resiko atas pilihan yang telah ku ambil.
 Kesempatan berbicara didepan dengan menyampaikan pengalaman yang begitu berharga benar-benar langka. Apalagi di era milenial dengan generasi muda yang maunya serba instan salah satunya dengan  ikut-ikutan menjadi baik, mendadak berubah, tanpa tau alasan hingga kusebut hijrah kekinian. Bukan salah mereka generasi masa depan,  mereka hanya belum tau benar apa salah yang telah mereka lakukan.
 Demikian sepenggal pengalaman yang semoga bisa menjadikan pelajaran untuk kedepan sehingga bisa membuat kita lebih berhati-hati dalam menjalankan kehidupan yang memang penuh pilihan. 

3 komentar:

  1. So proud of you. Lanjutkan adek sholihahaku 👍😘😘

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mbak nida' ❤ semoga kita selalu dalam lindunganNya

      Hapus
    2. Aamiin yaa Rabbal Aalamiin. Saling mendoakan dan terus berdakwah 😘

      Hapus

Merdeka yang harus dimerdekakan

Indonesiaku Merdeka Kekayaan alamnya tak diragukan Gunung dan lautan tak pernah luput dari pandangan Bahasa dan budaya tak terhitung d...