Pengikut

Rabu, 06 Mei 2020

Pena Keabadian

Semenjak ada ramadhan menulis, banyak ide dadakan yang kadang ga jelas tiba-tiba muncul. Yang biasanya harus ada ide dulu baru buka notbuk kesayangan eh sekarang pas buka notbuk kesayangan harus ada ide ehehhe. Dan seperti saat ini, di part ke tujuh aku berulangkali mengeluh buntu padahal belum kucoba. Itu mungkin yang biasanya orang-orang omongkan “biasaa, maklum perempuan ya gitu.” Ribet sekali aku ini.
Membaca dan menulis sebenarnya bukan keahlian atau hobiku, namun setelah melihat ternyata hanya ini yang bisa membekas tapi bukan luka akhirnya aku memutuskan untuk memaksakan diri agar mau membaca dan menulis. Padahal dulu waktu masih sekolah ketika disuruh nulis hobinya apa, aku pasti menulis membaca sebagai hobiku yang realitanya tidak sama sekali eheheh. Sebelum mengenal blog inipun, buku harian jadi saksi dalam mengambil manfaat setiap kejadian eh banyak ngeluhnya malah dan itu bukan masalah kan cuma aku yang baca. :D
Aku menyebut pena keabadian, pena dalam arti tulisan. Eh itu hanya pengertian dariku disini. :D Kenapa abadi? Karena tidak ada yang banyak bisa kita tinggalkan kecuali kebaikan dan coretan tangan bukan harta warisan. Dalam pena keabadian inipun aku ingin mengukir setidaknya sedikit dari cerita kehidupan yang bisa kuabadikan walaupun kurang berkesan dimata kalian. 
Dibulan suci ramadhan ini juga waktu yang tepat untuk mengabadikan target dan realita lewat pena sederhana. Bisa jadi akan menjadi evaluasi diri paling kompeten karena sifatnya abadi. Semoga saja dengan hanya tulisan bisa membangkitkan keimanan di bulan Ramadhan. Selamat mengistiqomahkan keimanan dengan pena keabadian. :)



Ramadhan menulis part 7
Tema: Ramadhan dan pena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Merdeka yang harus dimerdekakan

Indonesiaku Merdeka Kekayaan alamnya tak diragukan Gunung dan lautan tak pernah luput dari pandangan Bahasa dan budaya tak terhitung d...