Pengikut

Selasa, 05 Mei 2020

Sebuah Penerimaan



Selamat malam, sudah selesai tilawah kan? J kali ini, aku hanya ingin bercerita tentang penerimaan yang kupelajari pelan-pelan. Menjalani kehidupan di perantauan memang yang ku inginkan sejak duduk dibangku menengah atas. Lambat laun, aku justru terjebak dalam kenyamanan yang telah kubuat. Kemudian aku sering membanding-bandingkan hidupku saat tak ada yang kulakukan alias nganggur. Yang ternyata malah membuatku tidak pernah bisa menerima semua kejadian dengan baik.
Mencari pembelaan, seolah-olah paling sengsara. Buruk sekali memang tabiat itu namun dari situ pula aku belajar adanya penerimaan. Bahwasannya semua yang terjadi tidak selalu seperti yang kita impikan. Belajar akan adanya penerimaan dengan menyadari kalau setelah usaha harus ada tawakkal bukan memaksakan kehendak.
Di ramadhan kali ini, setelah bertahun-tahun tidak pernah berada di rumah membuatku sadar ternyata dalam hidup harus ada yang namanya penerimaan. Salah satunya menerima kalau orangtua memang selalu ingin bersama anaknya. Pernah dengar kalau anak itu selalu ingin lari dari rumah karena tidak tahan dengan pola pikir orangtua yang selalu membandingkan dengan kehidupannya zaman dahulu? Aku pernah baca tapi lupa di mana atau dibuku apa. Dan itu ternyata wajar terjadi tapi semakin kesini kitapun harus belajar adanya penerimaan. Kita yang harus memahami bukan menghakimi dan pergi.
Memang benar dibulan yang suci ini kita harus bersihkan hati juga. Pelajaran buatku atau kalian yang membaca dan merasa hal yang sama atau malah ada yang tidak terima dengan tulisan sederhana ini itu hak kalian. Dari sini, semoga kita banyak belajar tentang penerimaan dan tidak selalu menyalahkan keadaan karena jangan-jangan kita sendiri yang menjebak diri kita untuk tidak bisa menerima keadaan.


Ramadhan menulis part 6
Tema: Menjadi pribadi yg lebih baik di bulan Ramadhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Merdeka yang harus dimerdekakan

Indonesiaku Merdeka Kekayaan alamnya tak diragukan Gunung dan lautan tak pernah luput dari pandangan Bahasa dan budaya tak terhitung d...